Menghadapi dan mengelola risiko adalah salah satu kemampuan seorang manusia yang perlu kita miliki.
Pagi tadi, dompetku hilang. Jumlah uang tidak seberapa,
namun banyak sekali kartu-kartu yang tidak boleh hilang. Kartu rekening, kartu
identitas, kartu tanda pemilik kendaraan, etc. Tapi pada intinya, aku langsung
berpikir ratusan hal yang mungkin terjadi jikalau dompet ini jatuh ke tangan
yang salah.
Itu yang dimaksud dengan risiko.
Dilansir dari Merriam-Webster English Dictionary, Risk (atau
resiko) berbicara tentang: 1) possibility of loss or injury (suatu peluang
kehilangan atau rusak), 2) something or someone that creates or suggests a
hazard (sesuatu yang berpotensi menimbulkan krisis), atau 3) to expose to
hazard or danger (terekspose terhadap bahaya atau bencana).
Tetapi pada intinya, risiko berbicara soal kedekatan
terhadap bencana.
Hal ini yang akan coba kita pahami melalui kejadian
kehilangan dompet tadi.
Meminimalisir yang telah terjadi.
Ketika dompet tersebut hilang, maka yang menjadi pertanyaan
haruslah: “Bagaimana cara meminimalisir kerugian?”
Kita harus melakukan identifikasi apa saja yang memiliki
risiko lebih besar. Kartu debit/kredit, lalu kartu identitas. Selanjutnya kita
harus melakukan beberapa langkah untuk meminimalisir resiko tersebut.
Pertama, kartu debit / kartu kredit. Resiko terbesarnya
adalah kartu tersebut dapat digunakan oleh orang lain. Sehingga yang harus
dilakukan adalah memblokir kartu tersebut. Telepon ke bank.
Kedua, kartu identitas. Resiko terbesarnya adalah kartu
tersebut dapat digunakan oleh orang lain. Info-info yang ada di dalamnya dapat
digunakan oleh orang lain. Ini harus segera kita atasi untuk mencegah hal-hal
yang tidak kita inginkan. Lapor ke polisi untuk kehilangan.
Sehingga jika beberapa hari kedepan ada sesuatu yang terjadi
terkait dengan identitasmu, kamu bisa menunjukkan bukti bahwa kamu sudah
melaporkan bahwa identitasmu telah hilang beberapa hari sebelumnya. Sehingga
secara hukum, kamu akan terbebas.
Tapi pada intinya, pesan itu tersampaikan. Jika tidak
melakukan apa-apa, risiko itu akan terus berjalan semakin besar seiring
berjalannya waktu. Kepekaan ini juga dimiliki semua orang, sehingga ketika terdapat
barang yang hilang, salah satu response pertama sebelum melaporkan adalah
mencari dompet tersebut secepat mungkin.
Manusia harus berteman baik dengan risiko dan
mengendalikannya.
Andaikata setelah dompet tersebut ditemukan, maka seseorang
yang bijak harus melakukan evaluasi terhadap proses yang sudah terjadi.
Terlihat melelahkan, namun jika kita terbiasa melakukannya maka risiko akan
dikelola dengan baik.
Misal, dalam konteks cerita dompet hilang. Yang bisa
dilakukan adalah: 1) tidak menaruh sembarangan (untuk menghindarkan dari
kejadian-kejadian kriminal), 2) cek dompet sebelum meninggalkan tempat (supaya
kita bisa mengidentifikasi tempat kehilangan), ataupun 3) memberi alat pelacak
pada GPS.
Terlihat lucu? Mungkin langkah-langkah tersebut terlalu
teoritis, dan terkesan: “Ah seharusnya kita tidak perlu segitunya lah ya.”
Tapi yang kucontohkan disini bukan hanya dalam konteks
kehilangan dompet saja. Manusia menghadapi risiko setiap hari. Kemampuan untuk
mengidentifikasi titik lemah dan melakukan pengelolaan risiko menjadi salah
satu hal yang membuat kita kuat dan survive.
Kenapa? Dalam hidup manusia, tidak ada hal yang tidak
berisiko.
Jurusan yang dipilih? Bagaimana jika tidak bermanfaat? Ini
risiko untuk masa depanmu.
Bisnis yang dibangun? Bagaimana jika gagal? Ini risiko untuk
keluargamu.
Investasi yang kamu lakukan? Bagaimana jika kamu salah
pilih? Ini risiko untuk tabunganmu.
Apa yang kamu lakukan di keseharianmu? Bagaimana jika kamu
sakit? Ini risiko untuk waktu dan karirmu.
Bersiaplah terhadap semua jenis risiko.
Kesimpulan.
Dari cerita sederhana soal dompet kita sudah belajar bahwa mengidentifikasi
resiko, mengelola resiko, dan menghadapi potensi kerugian adalah skill yang
kita patut miliki.
Sebab manusia hidup dengan banyak risiko. Semoga tulisan ini
bermanfaat ya.
Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah dan mari
berdiskusi!
Semoga kita dalam keadaan baik.
Copyright disclaimer
Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun “@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!