Membentuk tujuan hidup. Part 3: Habits & Ikigai.



Apa tujuan hidupku?

Pertanyaan itu yang sedang dikupas banyak beberapa tulisan ini. Karena pendapatku, manusia jangan sekadar hidup tetapi juga harus tahu dia mau menjadi apa.

Sehingga membahas soal tujuan bukan hanya berbicara tentang apa yang kita kerjakan sekarang. Tetapi hidupku ini (secara umum) mau jadi apa?

Singkatnya, melalui tulisan ini aku akan kembali lagi menceritakan proses yang sudah aku lalui. Ada tiga tips soal mencari tujuan hidup, yang terbagi menjadi tiga bagian supaya tidak over complicated.

Pada tulisan kali ini, akan kubagi cara pandang ketigaku dalam menemukan tujuan hidup. Untuk part pertama bisa cek disini, dan part kedua bisa cek disini.

Jika pada tips pertama kemarin aku berbicara soal value, tips kedua berbicara soal ANTI-value, tips ketiga berbicara soal habits.

 

Dimulai dari kebiasaan

Habits / kebiasaan adalah sesuatu yang kita lakukan secara rutin. Apa yang kita rutin lakukan menunjukkan preferensi kita terhadap sesuatu. Dan bisa jadi, tujuan hidup kita sebenarnya sudah tercermin ataupun terpetakan dari rutinitas yang kita lakukan.

Rutinitas ini bisa jadi ada fisik kita, mulai dari bangun pagi, siang makan apa, sore ngapain, malam ngapain, dan lain sebagainya.

Misal, sederhananya begini. Kamu suka perhatikan caramu makan, kamu suka hitung-hitung kalori, nutrisi saat makan. Ada kemungkinan kamu punya kelebihan di hal tersebut, yang menjadikan tujuanmu sebagai seorang nutritionist, atau ahli gizi.

Contoh kedua, misalnya kamu suka ngegym, planning keseharian diri, bagian otot mana yang ingin kamu latih, serta detail reps dan bebannya, kemungkinan besar tujuan hidupmu bisa menjadi seorang personal coach.

Ataupun rutinitas psikologis. Tapi pada intinya, manusia didefinisikan dari kebiasaan yang ia lakukan.

Secara sederhana konsep tujuan ini aku terapkan dari filosofi Ikigai.

 

Ikigai.

Ikigai adalah konsep orang Jepang yang berbicara soal tujuan hidup. Tujuan ini didasari oleh empat hal, 1) what you love, 2) what the world needs, 3) what you can be paid for, dan 4) what you are good at.

Atau dalam bahasa Indonesia 1) hal yang kamu sukai, 2) hal yang dibutuhkan oleh dunia, dan 3) hal yang bisa membuatmu dibayar, dan 4) hal yang kamu jago disitu.

Empat pandangan ikigai ini berbicara tentang keseimbangan empat elemen tersebut untuk membentuk tujuan hidup yang berkelanjutan.

Dua contoh sebelumnya merupakan aplikasi dari hal tersebut. Nah, ikigaiku adalah penulis dan psikolog. Kenapa aku bisa turun pada keputusan itu, karena semua dimulai dari habits yang kualami.

 

Habits dan Ikigai.

Habits atau kebiasaan akan turun pada 1) what you love. Seiring berjalan waktu jika kebiasaan tersebut terus diulangi, maka kemungkinan besar akan membawa kepada 4) what you are good at. Kenapa?

Karena habits jika diulangi / repetisi / akan berulang-ulang membawa pada penguasaan hal tersebut.

Habits 1, aku sangat sering menerima curhat. Hal itulah yang membuatku terjun di dunia Psikologi.Aku senang dicurhati dan seiring berjalan waktu aku semakin terbiasa melihat blindspot orang. Sehingga membuat diriku semakin yakin bahwa kemampuanku dipertajam disitu.

Habits 2, aku suka menulis. Itulah yang membuatku yakin bahwa menulis adalah kegiatan yang aku sukai, 1) what you love. Seiring berjalan waktu, ternyata tulisanku ini bisa membuatku dibayar sehingga masuk dalam kuadran 3) what you can be paid for.

 

Kesimpulan

Ini adalah tulisanku ketigaku tentang tujuan hidup, yakni tentang Habits dan Ikigai. Bagaimana denganmu?

Semoga teman-teman bisa mendapatkan banyak hal terkait ini. Tulisan ini adalah bagian terakhir dari tiga tulisan tentang tujuan hidup. Values, ANTI-values, dan Habits.

Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah, dan mari berdiskusi! Semoga kita dalam keadaan baik.


Copyright disclaimer

Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun “@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!