Menjadi profesional, sang pemecah masalah.

Aku butuh celana. Karena aku dilahirkan dari keluarga penjahit, maka aku sudah terbiasa untuk menjahit celana sendiri. Jadi aku tidak langsung membeli jadi. Aku beli kain yang aku suka, aku datang ke penjahit langgananku.

Aku mengkomunikasikan apa yang menjadi keinginanku. Detail sekali. Mulai dari bentuk celananya, kantong samping, kantong belakang, hingga panjang yang kuinginkan. Saat aku hendak menunjukkan foto celana yang aku miliki, hpku mati. Aku pun meminta maaf dan berjanji akan mengirimkan gambarnya nanti. Tapi ia mengucapkan satu kata yang membuatku terkesima.

“Oh iya, celana jenis ini ya mas? Sudah paham,” ungkapnya.

Lalu aku pun tenang karena dalam hati aku mengerti, bahwa ia mengerti yang aku inginkan. Aku pun berdiskusi dengan ia dan dengan sigap ia menulis banyak hal. Lalu saat mengukur, ia tidak mencatat. Ia langsung mengukur. Sat set sat set. Lalu berselang 45 detik, ia mencatat sekitar 8 angka berbeda yang sesuai dengan hal yang barusan dia ukur.

Satu kata: profesional. Dalam hati ku berkata, “Oh jadi gini ketemu orang yang profesional ya.” Dia tahu seluk beluknya. Dia mengerti permasalahan kita. Dia juga bisa memahami apa kebutuhan kita.

 

Profesional, pemecah masalah.

Dalam cerita singkat tadi membuatku teringat lagi tentang makna kata profesional. Seperti itulah yang dimaksud dengan profesional. Mamaku bercerita bahwa penjahit tersebut sudah menjahit sejak aku SD, yang berarti 23 tahun lalu! Wow. Pengalaman 23 tahun menjahit pun terlihat.

Seorang yang profesional dapat memecahkan permasalahan dengan singkat. Sekali lihat, ia langsung tahu tuh apa yang menjadi masalah utama serta solusinya apa. Dan ia dibayar mahal untuk itu.

Aku mengingat kembali beberapa pengalamanku sebagai seorang konsultan. Ketika melihat permasalahan dalam organisasi, aku dapat memetakan apa yang menjadi masalah. 60% tepat, 40% kurang tepat. Namun tidak masalah. Berbekal konsistensi, aku pun berpikir jika kita berbicara dalam timeframe 23 tahun lagi maka aku akan jadi lebih jago dari sekarang.

Tapi dalam pertemuan singkatku dengan penjahit hari ini, aku berkomitmen untuk jadi lebih profesional.

Profesional yang dapat memecahkan masalah dalam waktu singkat.

Aku pun juga harus berhati-hati, jika memiliki masalah yang tidak bisa kutemukan jawaban / pemecahan masalahnya, itu adalah sebuah pertanda. Jangan-jangan aku bukan profesional ya?

Analisa sebaik mungkin, beri solusi sesempurna mungkin. Itu mindsetku.

 

Semakin singkat, semakin banyak orang yang bisa kubantu.

Hal ini yang kudapatkan ketika bertemu singkat dengan penjahit tadi. Aku bertemu dan berdiskusi dengna dia selama 15 menit saja. Cepat, singkat, padat. Ia mampu memahami maksudku dan langsung mengeksekusi yang aku inginkan. 1 minggu kemudian, celananya akan jadi.

Tetapi diluar dari hasil akhir yang akan aku terima, aku coba memiliki mindset baru. Kalau kita ingin menjadi semakin profesional, maka seharusnya waktu pertemuan kita semakin singkat. Kenapa? Supaya kita bisa membantu lebih banyak orang.

Pembahasan soal ini memang masih jadi kontradiksi. Ada beberapa expert yang berpandangan bahwa kita harus mengenal klien secara mendalam. Tetapi sebaliknya, aku berpandangan untuk bisa cepat-cepat menyelesaikan permasalahan supaya bisa membantu lebih banyak orang.

Karena itu dalam praktik Psikologi yang kulakukan, kuusahakan aku dapat menemukan akar permasalahan dan solusi dalam 10 jam pertama. Supaya klienku tidak butuh aku.

Saya berkomitmen jadi profesional yang mampu memecahkan masalah banyak orang.

Waktu orang lain, sama berharganya dengan waktuku.

Itu yang jadi komitmen supaya ku jadi lebih profesional.


Copyright disclaimer

Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun “@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!