Interaksi, sebuah dinamika sikap dan kesempatan.



Hari ini sedikitnya aku berinteraksi dengan ratusan orang. Mengampu kelas, mengisi webinar, dan juga bersosialisasi dengan banyak orang-orang yang lain.

Dari sini aku semakin yakin dan pasti bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kita tidak akan pernah berhenti berinteraksi dengan orang lain.  Kecuali jika kita hidup di hutan belantara, ataupun hidup dengan sendiri di puncak gunung.

Tapi pada intinya kita akan selalu berinteraksi, dan dari interaksi tersebutlah kita mendapatkan banyak peluang. Membangun diri sendiri dan orang lain.

 

Hati-hati dengan sikapmu

Kualitas interaksi sangat bergantung dengan sikap yang kita berikan.

Jika ada orang yang berjalan dan ingin ngobrol dengan kita, itu belum berinteraksi. Sikap kita setelah orang tersebut berusaha ajak ngobrol lah yang menandakan kualitas interaksinya.

Misal kita menyikapi dengan sopan, maka terjadi kualitas interaksi yang baik.

Jika kita menyikapi dengan malas dan langsung menghindar, maka terjadi kualitas interaksi yang buruk.

Di masyarakat Indonesia, jika ada selebriti yang menyinggung fans akan langsung menjadi bulan-bulanan di media. Netizen Indonesia yang terkenal ganas tidak akan segan-segan menarik dukungan dari seorang selebritas ketika ia memiliki kualitas interaksi yang buruk.

Karena di Indonesia yang memiliki budaya kolektivis, kualitas interaksi dan relasi kitalah yang menjadi komoditas kita di masyarakat.

Karena itu hati-hatilah dalam bersikap.

Ketika kita memiliki sikap yang baik, interaksi yang hadir akan menjadi berkualitas.

Interaksi yang berkualitas akan menentukan seberapa besar manfaat yang dimiliki.

 

Sikap dan kesempatan

Katakanlah ada orang yang chat kita di media sosial. Jika kita tidak cepat, maka kesempatan tersebut bisa hilang.

Aku pernah kehilangan salah satu tawaran public speaking, hanya karena aku telat membalas selama 1 hari.

Sikap yang kurang baik membuat interaksiku buruk, sehingga aku tampil dengan tidak profesional.

Sikap yang kurang baik tersebut membuatku kehilangan kesempatan berdampak pada kesempatan lain.

Itu yang membuatku yakin bahwa kualitas interaksi menentukan kesempatan yang kita dapatkan.

Kesempatan apa?

Bukan hanya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan materi saja.

Tetapi kesempatan untuk menjadi berkat dan memberi dampak.

Siapa tahu, siapa tahu, interaksi yang singkat diberikan ini menjadi sesuatu yang luar biasa besar untuk beberapa saat mendatang.

Berinteraksilah dengan baik, mainkan peran kecilmu di semesta yang luas ini.

 

Karena hidup bukan untuk diri sendiri

Hidup juga untuk orang lain. Kenapa?

Katakanlah kamu aku kasi 25 triliun rupiah.

Habiskan sendiri, tidak untuk diinvestasikan. Habiskan untuk kesenanganmu sendiri.

Kamu akan terpikir untuk beli rumah, beli mobil, beli jam tangan, perhiasan mahal. Saya berani yakin, masih ada sisa 24,5 triliun. Lalu setelah itu kamu bingung mau beli apa.

Inilah maksudku, bahwa jika kamu diberi uang sebanyak apapun, tidak akan bisa dihabiskan oleh diri sendiri.

Kalau bisa menghabiskan itu untuk orang lain, maka yang akan kamu lakukan adalah membelikan rumah untuk orang tuamu, memberi pendidikan terbaik untuk adikmu, memberi perhiasan untuk istrimu, dan lain-lain untuk anakmu.

Sama seperti analogi tersebut.

Hidup ini juga untuk orang lain. Berinteraksilah dengan baik.

 

Kesimpulan

Manusia adalah makhluk sosial. Kita tidak ditakdirkan untuk hidup sendiri.

Kita juga tidak ditakdirkan untuk menikmati seluruh kemewahan yang kita miliki.

Aku tidak punya uang, tapi aku punya ilmu. Karena itu ilmu dan pemahamanku kuberikan secara cuma-cuma untuk orang lain.

Semoga tulisan ini bermanfaat ya!

Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah dan mari berdiskusi!

Semoga kita dalam keadaan baik.

 

Copyright disclaimer

Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun “@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!