Hari ini aku mengajar selama 4 jam berturut-turut non stop. Jika dihitung dari waktu, bayangkan saja 240 menit mengoceh tanpa henti.
Aku pun kembali ke ruangan, dan duduk. Aku berusaha fokus
untuk menulis, namun tidak bisa.
Ku membaca selama 45-60 menit, namun tidak bisa menelurkan
kata-kata selancar biasanya.
Ternyata aku menyadari, bahwa aku sedang mengalami yang
namanya kelelahan (fatigue), dan itu wajar.
Ternyata, kelelahan dapat terjadi secara fisik, psikis,
ataupun emosional.
Diluar batas.
Bayangkan kondisi anda tiba-tiba diminta berjalan sepanjang 50
kilometer. Jika badan tidak terlatih, badan akan kelelahan. Kelelahan bukan di
hari itu juga. Biasanya, kelelahan akan muncul di pagi harinya.
Katakanlah anda terbiasa untuk berjalan kaki, dan sehari dapat
mencapai 10.000 langkah yang direkomendasikan dokter. 1 langkah pria setara
0,79 meter, dan 1 langkah wanita setara 0,66 meter, sehingga 10.000 langkah
bisa berkisar antara 7,9 kilometer ataupun 6,6 kilometer.
Bayangkan harus berjalan sebanyak 6-8 kali lipat dari
kebutuhan harian.
Aku pernah merasakannya, saat itu aku berjalan sebanyak 10
kilometer selama 2 jam non stop. Sampai rumah, kaki berasa kebas. Telapakku
sakit, dan aku tidak bisa merasakan jariku.
Besoknya ketika aku bangun, seluruh bagian kakiku pegal.
Betis, tumit, dan paha.
Itu yang dimaksud dengan kelelahan (fatigue).
Menurut Healthline.com, kelelahan (fatigue) adalah kondisi
yang dideskripsikan dari rasa lelah ataupun kurangnya energi.
“Fatigue is a term used to describe an overall feeling of
tiredness or lack of energy.” (Healthline.com, 2023).
Kelelahan terjadi ketika kita sudah mencapai batas ekstrim
dari tubuh kita.
Tidak hanya secara fisik saja.
Seperti argumenku yang kusebutkan di awal, kelelahan dapat
terjadi tidak hanya dalam fisik saja.
Ketika kamu merasa hampa, mungkin kamu mengalami kelelahan
psikologis.
Ketika kamu merasa buntu, merasa jenuh, merasa jengah, dan
lain sebagainya. Bisa jadi hal-hal tersebut menandakan ada kelelahan psikologis
yang kamu alami.
Ingat, hal tersebut terjadi karena kamu sudah melampaui
batas ekstrim dari tubuh.
Dalam konteks psikologis, bisa jadi kamu telah mengalami
tekanan psikologis yang ekstrim dalam jangka waktu panjang, dan berlarut-larut
tanpa kamu menyadarinya.
Tekanan dapat berupa tuntutan ataupun masalah yang
berkepanjangan, ataupun event yang menguras emosi.
Hal ini juga bisa berkembang menjadi permasalahan neurotis
ataupun psikosomatis.
Dalam beberapa kasus ekstrim, ada beberapa temanku yang
benar-benar membenci pekerjaannya. Setiap kali ia mau masuk ke area kantor ia
selalu sakit perut dan mual ingin muntah.
Hadapi, atau hindari.
Bagaimana cara menghadapi kelelahan fisik?
Orang-orang yang sering mengolah tubuhnya di Gym, pasti
mengenal yang namanya rest day. Sehabis melatih bisep, besok tidak mungkin
melatih bisep karena otot bisepnya telah mencapai batas maksimum. Otot bisepnya
mengalami kelelahan.
Aku memaknai hal psikologis sama seperti hal-hal fisik
tersebut.
Jika kamu sedang mengalami kelelahan Psikologis, ada masanya
kita harus beristirahat. Ada masanya kita harus mengenal batasan dan berhenti.
Setelah itu putuskan, apakah harus menghindari ataupun
menghadapi masalah tersebut dengan baik.
Hadapi ataupun hindari, semua ada konsekuensinya.
Jika kamu hadapi sesegera mungkin, ada kemungkinan kondisimu
akan semakin lelah.
Tetapi jika kamu menghindari, ada kemungkinan masalah
tersebut akan semakin besar dan membutuhkan energi lebih banyak untuk dihadapi.
Hadapi atau hindari. Pilihlah.
Kesimpulan
Dalam menghadapi masalah dan menjalani hidup, sangat
dimungkinkan seseorang mengalami kelelahan psikologis.
Untuk kelelahan fisik kita bisa merawatnya sendiri pada
tahap tertentu dan jika parah kita harus membawa ke dokter.
Sama seperti kelelahan fisik, kelelahan psikologis juga
butuh dirawat. Jika sudah berlarut-larut dan sulit ditangani sendiri, silahkan
hubungi profesional ya!
Semoga tulisan ini bermanfaat ya!
Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah dan mari
berdiskusi!
Semoga kita dalam keadaan baik.
Copyright disclaimer
Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas
Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda
sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan
sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun
“@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!