Itu argumenku kali ini. Tidak ada orang yang langsung jadi
sebagaimana mestinya. Tidak ada orang yang sempurna. Semua butuh proses dan
butuh pembelajaran.
Kemarin aku sempat bertemu dengan banyak orang. Dan salah
satu temanku, ia bilang cukup terkesan dengan kemampuanku menulis setiap hari.
“Kok bisa jadi seperti itu?”
Itu nada pertanyaan yang ia berikan. Ya jawabanku sederhana.
“Ya karena aku sudah terbiasa menulis.”
Tulisan yang kutulis ini adalah sebuah bentuk hasil dari
kebiasaan menulis yang pernah kubuat selama belasan tahun.
2010 aku pertama kali menulis sebuah blog yang terinspirasi
dari seorang temanku. Dalam waktu satu tahun aku menulis sekitar 60 tulisan.
Tidak banyak, 5 per bulan.
Seiring berjalan waktu, 13 tahun kemudian. Tepatnya di awal
tahun 2023, jumlah tulisan yang kubuat sudah mencapai angka 4.000. Itu bentuk
sebuah proses.
Ketajaman pikiran ini pun juga butuh proses.
Semua manusia berproses.
Coba kita lihat semua orang-orang hebat.
Almarhum Steve Jobs misalnya. Bapak pencipta Apple ini banyak
mengalami masalah dalam hidupnya. Ia tidak selesai berkuliah, ia menciptakan
perusahaan bernama Apple, tapi perjalanan juga tidak mulus.
Ia dikeluarkan dari perusahaan yang ia dirikan, sampai ia
harus membuat sebuah perusahaan baru dan berjuang lagi dari 0, hingga akhirnya
ia bisa membeli Apple kembali.
Proses.
Kita melihatnya sekarang sebagai sosok atau sebuah ikon entrepreneurship.
Tapi proses ia menuju tahap itulah yang seringkali kita lupakan.
Ketika kita memiliki suatu hal, kita merasa bahwa kita bisa
cepat menguasai hal tersebut dan berusaha cepat-cepat untuk menjadi next big
thing.
Tetapi tidak bisa. Semua ada prosesnya.
Ada hal-hal tertentu yang tidak bisa kita paksakan.
Kalau kita menaiki kendaraan, kita bisa memaksanya sampai
kecepatan tertentu. Bisa. Hanya saja, hidup tidak seperti kendaraan, ada proses
yang harus kita lalui terlebih dahulu sebelum luas.
Proses itu bagaikan fenomena gunung es
Saat kita melihat orang hebat, kita harus menyadari bahwa
itu adalah fenomena gunung es.
Sama seperti gunung es, yang nampak di permukaan laut
hanyalah ujungnya yang kecil. Namun, sebenarnya ukuran ia jauh lebih besar
daripada tersebut.
Yang sekarang kita lihat adalah hasil dari semua kerja kerasnya.
Kita hanya melihat 5% hasil dari seluruh perjuangan ataupun
prosesnya. 95% perjuangannya tidaklah nampak di luar permukaan.
95% proses inilah yang seringkali orang-orang tidak katakan,
dan menjadi jerat untuk mereka yang ingin cepat sukses.
Tidak ada proses yang instan dalam hidup.
Kita scroll medsos bisa instan, namun dalam hidup tidak ada
yang instan.
Belajar pun butuh waktu bertahun-tahun.
Menguasai pun butuh waktu bertahun-tahun.
Kesimpulan
Karena itu jangan putus asa.
Terkhususnya ketika apa yang kita kerjakan tidak segera
menghasilkan.
Sistem pendidikan kita, terutama di Indonesia, memang
mengedepankan hasil. Tapi pada akhirnya, jangan terpacu pada sebuah hasil.
Jikalau konten pertama yang kita buat tidak ramai, ya jangan
berhenti.
Terus konsisten dengan apa yang kita lakukan, anggaplah itu
adalah sebuah proses. 95% dari hal yang tidak terlihat.
Buatlah karyamu, evaluasi karyamu. Besok, buatlah lagi. Hingga
saatnya 5% mu dilihat oleh orang banyak.
Tulisan ini pun jadi reminder supaya aku juga terus berani
berproses.
Semoga tulisan ini bermanfaat ya!
Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah dan mari
berdiskusi!
Semoga kita dalam keadaan baik.
Copyright disclaimer
Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas
Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda
sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan
sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun
“@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!