Pernahkah kamu membenci dirimu sendiri?



Kemarin aku kurang sehat seharian. Dan saat waktu aku scrolling-scrolling media sosial, aku menemukan salah satu quotes yang membuatku tergelitik.

“And God said “Love Your Enemy,” and I obeyed him and loved myself.” - Kahlil Gibran, The Broken Wings

Terjemahan: Dan Tuhan berkata ‘Kasihilah musuhmu’, dan aku menaatinya dan aku mulai mencintai diriku sendiri.

Aku pun tertegun membacanya. Terlebih lagi nama Kahlil Gibran adalah salah satu penyair favoritku sejak SMA. Aku pun membaca quotes tersebut dua kali, sampai akhirnya karena memang mataku panas, aku pun memejamkan mata di kasurku dan mencoba merenungkan quotes itu.

Dalem banget ya.

Musuh terbesar kita adalah diri sendiri. Itu yang Kahlil Gibran katakan.

Aku pun mencoba merefleksikan lagi soal quotes itu. Pernah nggak sih aku membenci diriku sendiri?

Jawabannya pun pernah. Barusan saja.

 

Gara-gara sakit, jadi memusuhi diri.

Beberapa hari ini aku sakit. Tubuh tidak bisa dikompromi lagi. Seperti demam. Dan setelah kuingat, aku pun sempat menyalahkan diriku. “Kenapa ya kok lemah sekali?” “Halah gini saja lo kok tumbang?”

Dan quotes yang dituliskan oleh Kahlil Gibran tadi pun menegur kenyataan yang kuceritakan tadi.

Tanpa sadar aku membenci diriku. Padahal diriku punya kapasitasnya, tubuh ini punya batasnya. Ada masanya pun memang kita harus istirahat.

Ini contoh hal sederhana. Saat kita sakit, sebagian dari kita mungkin pernah membenci dirinya sendiri. “Gara-gara sakit semua rencanaku batal deh.” “Gara-gara sakit aku jadi nggak gini gini gitu.” Dan lain sebagainya.

Tapi banyak juga hal hal yang membuat kita membenci diri kita sendiri. Misalnya kurang cepat saat mengambil keputusan, tidak lolos satu kompetisi yang kita inginkan, gagal mendapatkan promosi yang kita idamkan, salah langkah dalam hubungan, gagal mendapatkan nilai terbaik, dan lain sebagainya.

Hal-hal lainnya pun pasti pernah terjadi. Dan pada saat ini, pastilah kita memaki kepada diri sendiri. Tapi…untuk apa?

 

Mulailah mencintai diri sendiri.

Kita membenci diri sendiri karena merasa diri kita sering mensabotase perjuangan diri kita.

Misal, kamu gagal mendapatkan nilai bagus di ujian yang kamu yakin kamu bisa. Lalu kamu pun menyalahkan dan membenci diri sendiri karena kamu merasa ada usaha yang kurang.

“Seandainya ya aku belajar lebih keras,”

“Seandainya ya aku lebih mendengarkan kata guru di kelas,”

“Seandainya ya aku ndak makan pedas, jadi aku tidak mules saat ujian,”

Dan lain sebagainya.

Tapi tahukah kamu, tidak semua hal berada dalam kontrolmu.

Ada hal-hal yang berada di luar kendali kita.

Aku mengenal seseorang yang masih muda, meninggal karena penyakit jantung. Padahal ia rutin olahraga. Kondisi tubuh tidak obesitas. Setidaknya dari kacamataku, ia sudah menjaga dirinya sebaik mungkin.

Tapi, ya lagi-lagi. Ada hal-hal yang diluar kontrol kita.

Jangan membenci dirimu karena hal-hal yang diluar kontrolmu.

Kita boleh melakukan evaluasi diri ketika kita salah.

“Oh ya, next time aku harus belajar lebih keras.”

“Oh ya, lain kali aku lebih perhatian di kelas deh.”

“Oh ya, lain kali aku mesti prepare ujian 2 hari sebelumnya.”

Kita boleh memperbaiki kesalahan, dan itu harus. Tetapi sekali lagi, jangan sampai kita membenci diri sendiri karena hal-hal yang tidak bisa kita kontrol.

 

Kesimpulan: karena kamu berharga.

Dunia ini terbagi ke dalam hal yang kita tidak bisa kontrol dan bisa kita kontrol. Tetapi mencintai dirimu sendiri termasuk dalam hal yang bisa kita kontrol.

Sayangi dirimu, karena kamu berharga. Tapi kalau kamu kesulitan memahami dan mengamini kalimat barusan, silahkan cek ke profesional ya!

Semoga tulisan ini bermanfaat ya!

Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah dan mari berdiskusi!

Semoga kita dalam keadaan baik.

 

Copyright disclaimer

Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun “@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!