Semua orang bingung soal hidup, dan ini wajar.


Siapa yang bingung dengan hidupnya?

Saya. Iya, saya. Saya sendiri juga bingung dengan hidupku.

Beberapa hari terakhir aku banyak melakukan kontemplasi. Siapa saya, apa yang saya lakukan, dan apa alasanku melakukan ini. Tapi pada intinya, aku banyak merasakan kebingungan soal hidup.

Sampai aku sadar bahwa ternyata sebagian besar bingung tentang tujuan hidupnya. Bukan sebagian besar, tapi memang semua orang bingung dengan tujuan hidupnya.

Itulah yang mendasariku menulis tentang kebingungan ini. Bahwa ternyata di usia berapapun, sah-sah saja bagi setiap orang untuk mengalami kebingungan soal hidup.

 

Semua usia, semua tahap, ada bingungnya.

Saat dulu waktu SMP, kita bingung menentukan SMA. Entah itu SMA favorit, atau tidak. Nilai kita cukup atau tidak. Ataukah biaya kita cukup atau tidak. Lokasinya jauh atau tidak. Siapa yang mengantar atau tidak.

Tetapi buat sebagian besar orang, hal-hal tersebut dipikirkan oleh orang tua. Mungkin yang anda pikirkan hanyalah SMA ataupun SMK.

Saat dulu waktu SMA, kebingungan kita jauh lebih kompleks. Semakin dewasa kita punya kesadaran lebih akan urgensi tentang hidup. Kuliah atau kerja? Kalaupun kuliah, apa jurusannya? Kampus negeri atau swasta?

Hal-hal tersebut mulai juga dipikirkan, karena masa depan semakin di depan mata.

Saat kuliah pun, kebingungan kita lebih kompleks. Ingin jadi mahasiswa seperti apa? Kupu-kupu? Ikut organisasi? Mau tinggal dimana? Kalaupun di kos mau makan apa? Kalau tinggal di rumah gimana transportasinya?

Semakin kompleks.

Saat selesai kuliah pun, kebingungan kita lebih deras lagi. Ingin kerja sebagai apa? Sesuai jurusan atau tidak ya? Perlu daftar dimana ya? Lokasi kerja juga menentukan. Jarak demografis sangat berperan. Meninggalkan orang tua? Kalau ke sana kosnya apa ya?

Dan lain sebagainya.

Kebingungan ini akan terus-terus berlanjut.

Manusia pun tidak bisa menghindari bingung. Karena memang hidup ini membingungkan.

 

Memprediksi masa depan.

Menurutku, manusia bingung karena satu hal. Karena ia berusaha mencari jawaban yang sifatnya memprediksi masa depan.

Misal saat memilih jurusan, kita bertanya: “Jurusan ini akan berguna ndak ya?”

Jawaban ini tentu saja sangat sulit untuk dijawab. Sehingga wajar jikalau bingung. Katakanlah kamu mengerti jawaban pertanyaan tersebut:

 

Iya ko, jurusan ini akan berguna karena sekarang banyak lulusan jurusan A yang kerjaannya bagus.

“Lho, sekarang bagus. 4 tahun kedepan bagaimana? Kan kuliah butuh waktu 4 tahun?” Coba lihat saat masa-masa Covid-19. Tahun 2019 orang-orang memiliki rencana 2-3 tahun kedepan. Tapi ujung-ujungnya pandemi melanda dan banyak plan yang gagal.

Siapa yang menjamin bahwa 2-3 tahun kedepan landscape karir tidak berubah?

 

Iya ko, jurusan ini pasti kepakai karena bisa bekerja ini dan itu.

“Lho, memangnya berapa orang yang bekerja sesuai jurusan?” Jurusan sesuai hanyalah untuk mereka yang berkomitmen di beberapa profesi tertentu. Apoteker misalnya, pasti dari fakultas Farmasi. Notaris misalnya, pasti dari fakultas Hukum. Dokter misalnya, pasti dari fakultas Kedokteran. Dan lain sebagainya.

Tetapi, siapa yang menjamin bahwa SEMUA orang pasti akan bekerja sesuai dengan jurusannya?

 

Kesimpulan

Tidak ada yang tahu masa depan. Peta masa depan tidak ada yang tahu.

“The only thing certain in life is uncertainty.” – Derek Hough

Translate: “Satu-satunya hal yang pasti adalah ketidakpastian.”

Sehingga, sah-sah saja jika anda bingung. Semua orang bingung.

Tetapi memang dalam proses hidup ini tidak bisa kita langsung memastikan semua hal.

Jikalau bingung, tidak apa-apa untuk memvalidasi perasaan tersebut, serta mencari jawabannya di kemudian hari.

Kamu tidak harus tahu semua jawabannya sekarang. Yang penting selama kita masih bernafas, kita usahakan yang terbaik.

Jangan sampai kebingunganmu menghentikanmu menikmati hari ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat ya!

Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah dan mari berdiskusi!

Semoga kita dalam keadaan baik.


Copyright disclaimer

Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun “@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!