Tentang sempurna yang tak mungkin diraih.



Beberapa waktu terakhir, aku sempat merenung banyak soal sempurna.

Hal ini muncul karena menjelang 2024. Di Indonesia, tahun 2024 akan terdapat pemilu, salah satunya yang dipilih adalah Presiden dan Wakilnya.

Yang jelas, isu ini sangat hangat karena banyak sekali pandangan dan diskusi siapa yang ‘terbaik’ dan pantas untuk memimpin bangsa yang besar ini.

Disitulah letak perenunganku tentang sempurna.

Ketika aku melihat pasangan calon A, terdapat kelebihan dan kekurangannya. Pasangan calon B, terdapat kelebihan dan kekurangannya. Pasangan calon C, terdapat kelebihan dan kekurangannya.

Lalu banyak diskursus di internet mengatakan: “Aku bingung harus memilih siapa, mau pilih A tapi begini. Mau pilih B tapi begini. Mau pilih C tapi begini.”

Setiap orang punya pandangannya sendiri tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Tetapi disitulah letak perenunganku tentang sempurna. Sempurna itu tidak bisa diraih.

 

Sempurna itu mitos.

Buat seorang manusia, sempurna itu mitos. Karena kita punya banyak kelebihan dan kekurangan.

Kita coba pandang ke diri sendiri, apa sih sebenarnya sempurna itu? Sempurna ya tidak bercacat, tidak ada kurangnya, utuh.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sempurna berarti: utuh dan lengkap segalanya (tidak bercacat dan bercela); selesai dengan sebaik-baiknya; teratur dengan sangat baiknya; lengkap; komplet; baik sekali; terbaik.

Apa yang sempurna? Apa yang ada dalam pandanganmu ketika kita bicara sempurna?

Kalau kita bicara soal tubuh manusia, definisi sempurna 100% itu sulit. Tidak hanya berbicara soal anggota badan yang lengkap, kita harus berbicara soal terbaik, tidak terdapat cela, tidak terdapat bekas luka, tidak memiliki penyakit dalam.

Tubuh manusia sulit dikatakan sempurna, karena kita tidak bisa melihat setiap sel demi sel, dan memastikan tidak ada sel yang rusak.

Karena itulah kesempurnaan itu diembankan manusia kepada sosok yang berada di atasnya, Tuhan. Sehingga kita bisa berargumen bahwa tubuh ciptaan Tuhan ini sempurna. Iya. Aku tidak beargumentasi disitu.

Tetapi sebagai manusia, tidak akan pernah ada yang sempurna.

 

Bukan cari yang sempurna, tapi cari yang terbaik.

Kesempurnaan itu mitos dan sangat bergantung dalam konteks yang kita terapkan dari awal.

Ketika kita bicara soal calon presiden untuk Indonesia, mungkin belum ada yang sempurna 100%.

Tetapi disinilah perjuangannya. Jangan cari yang sempurna, tapi carilah yang terbaik.

Dalam contoh lain, sama seperti kita dengan pasangan.

Ketika ada kesalahan yang dilakukan oleh pasangan, jangan langsung menyalahkan. Sadarilah bahwa pasanganmu itu manusia. Bukan malaikat.

Sadari juga bahwa kamu itu manusia, bukan malaikat. Pasti adalah kesalahan-kesalahan lain yang kamu berikan kepada pasanganmu.

Maafkan, dan berproseslah bersama menjadi yang terbaik.

Jangan mengejar kesempurnaan, kesempurnaan hanya mitos.

Sama seperti waktu aku masih mencari rumah. Dulu ada rumah yang harganya oke, tapi tempatnya banjir. Ada rumah yang harganya oke, lingkungan nyaman, tapi jarak 30km dari kantor. Dan lain-lain sebagainya.

Sehingga cari rumah yang sempurna tidak akan didapatkan. Karena sekali lagi, sempurna hanyalah mitos. Yang harus kita cari adalah yang terbaik.

 

Kesimpulan

Mencari rumah, mencari pasangan, mencari pekerjaan, sangat kental dengan yang namanya pilihan.

Kita memiliki banyak pilihan, namun saya pastikan tidak akan ada yang sempurna.

Sehingga, janganlah kita mencari yang sempurna. Carilah yang terbaik.

Semoga tulisan ini bermanfaat ya!

Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah dan mari berdiskusi!

Semoga kita dalam keadaan baik.

 

Copyright disclaimer

Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun “@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!