Beberapa hari ini aku banyak sekali berganti peran.
Peran sebagai pembicara, sebagai psikolog, sebagai anak,
sebagai pacar, sebagai pengajar, dan banyak lagi lainnya.
Dulu, peran sebagai pembina Warta Ubaya adalah salah satu
yang paling kubanggakan. Karena Warta Ubaya adalah tempatku bertumbuh dan
berkembang.
Melelahkan? Iya. Aku sendiri merasa lelah dan bahkan hampir
bisa dibilang sedikit sekali waktu me-time untuk merecharge diri sendiri.
Tetapi aku merasa senang. Senang karena diriku bermanfaat
untuk orang lain, melalui peran-peran lain yang aku miliki.
Memang, pada nyatanya hidup ini tentang mencari peran.
Menurutku, hidup tentang melayani.
"The best way to find yourself is to lose yourself in
the service of others." - Mahatma Gandhi
Translate: Cara terbaik untuk menemukan dirimu adalah dengan
membenamkan diri dengan pelayanan kepada orang lain.
Kata-kata yang diungkapkan Gandhi tersebut membuatku
teringat tentang proses yang baru saja kulalui beberapa waktu terakhir.
Mungkin hal yang membuatku senang adalah karena ada manfaat
yang bisa kuberikan kepada orang lain.
Hal ini pun bertolak belakang dari masa-masa karantina saat
pandemi Covid-19. Terlebih lagi saat aku kena penyakit tersebut.
2 minggu, terbaring dan tidak bisa bertemu orang lain.
Itu membuatku lebih stress dan sulit untuk sembuh. Aku
merasa kehilangan diriku sendiri. Aku tidak bisa menikmati apapun yang
kulakukan.
Walaupun istirahat, saat bangun terasa lebih lelah. Mungkin
ini terkait dengan penyakitnya juga, namun bisa jadi dampak Psikologis karena
tidak bisa bertemu orang lain.
Sebab mungkin pada nyatanya seperti quotes Gandhi, hidup ini
mengejar kebermanfaatan.
Carilah peranmu.
Manfaat erat kaitannya dengan peran. Jikalau ingin mengejar
manfaat, peran adalah salah satu sarana menjadi manfaat.
Menurutku, hidup adalah seni mencari peran.
Carilah peran yang terbaik dan sesuai dengan apa yang sudah
diberikan Tuhan kepadamu.
Apa kelebihanmu? Mungkin peranmu disitu.
Apa kekuranganmu? Mungkin bukan peranmu disitu.
Jika kamu kesulitan mencari jawabannya, biasanya peran erat
kaitannya dengan pekerjaan. Kamu bekerja sebagai apa? Mungkin peranmu disitu.
Setidaknya jika kamu berperan sebagai pekerja di sebuah
perusahaan, hasil kerja kerasmu akan bermanfaat untuk rekan kerjamu dan
perusahaanmu. Setidaknya itu.
Tapi pada intinya, peran itu harus kita temukan dan kita
jalani.
Jika kita tidak pernah menemukan peran kita di masyarakat,
kita akan kesulitan meramu manfaat untuk masyarakat.
Namun, jika memang bukan prioritasmu untuk memberi manfaat,
silahkan saja.
Peran dan diri.
Kenapa kok harus menemukan peran?
Karena peran erat kaitannya dengan diri. Dirimu ditentukan
dari peran-peran yang kamu miliki.
Peran yang kamu miliki akan menentukan apa ‘diri’ yang ingin
kamu tampilkan di masyarakat.
Contoh, peranku sebagai dosen. Erat kaitannya dengan kemampuan
diriku sebagai seorang public speaker, penulis, dan juga pendidik. Tiga
kombinasi diriku membuatku berperan sebagai itu.
Ketika aku berperan sebagai pembicara, erat kaitannya dengan
kemampuan diriku sebagai seorang public speaker, penulis, dan juga
pendidik.
Kamu bisa lihat kan?
Itu indikator ketika peranmu cocok dengan dirimu. Batasan
peran dan dirimu seakan melebur menjadi satu.
Jika seperti itu, mungkin itulah peran yang menjadi
takdirmu.
Kesimpulan
Peran adalah sebuah bagian dari teka-teki eksistensi diri.
Kamu ingin dikenal sebagai apa? Kamu ingin dikenal sebagai
siapa?
Adalah dua pertanyaan yang akan terjawab ketika kamu
mengenal peranmu. Selamat berproses.
Semoga tulisan ini bermanfaat ya!
Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah dan mari
berdiskusi!
Semoga kita dalam keadaan baik.
Copyright disclaimer
Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas
Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda
sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan
sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun
“@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!