Banyak masalah? Taruh antrean, selesaikan satu per satu.


Antrean.

Berarti deretan orang, barang olahan, atau unit yang sedang menunggu giliran untuk dilayani, diolah, dan sebagainya; (KBBI).

Kata-kata itulah yang menjadi titik perenunganku tentang hari ini.

Beberapa hari ini aku merasa overwhelmed tentang hidup.

Perasaan tersebut bisa didetailkan seperti ini. Aku merasa banyak sekali yang harus dikerjakan, tetapi aku tidak tahu mau memulai darimana.

Ujung-ujungnya ngapain? Scroll media sosial. Tidak terasa sudah malam, dan besoknya kerja kembali.

Itu adalah perasaan yang sering terjadi beberapa hari terakhir. Aku merasa tidak punya kendali atas waktu.

Terkesan semua pekerjaan datang begitu saja, bersama-sama, tanpa ada aba-aba. Tiba-tiba saja langsung banyak dan semua harus diselesaikan sesegera mungkin.

Tetapi dari situlah aku mengingat kata-kata antre. Bagaimanapun, dan berapapun masalah, tanggung jawab, ataupun pekerjaan yang kita hadapi.

Sama seperti antre. Kita tidak bisa memaksa semua diselesaikan sekaligus.

Satu per satu.

 

Kapasitas mental dan otak kita terbatas.

Kita tidak bisa melakukan semuanya sekaligus. Itu adalah keterbatasan diri sebagai manusia.

Kalaupun kita bisa melakukan semuanya sekaligus, maka hal yang kita selesaikan tidaklah maksimal. Itu pernah terjadi padaku.

Aku mencoba melakukan beberapa hal, dan selesai. Namun, hasilnya kurang maksimal.

Ada saja yang masih perlu disempurnakan. Ada hal yang masih kurang.

Hal-hal tersebutlah yang menjadi suatu tanda bahwa memang kapasitas mental kita tidak bisa menyelesaikan banyak hal sekaligus.

Namun, akan ada masanya juga kita harus mengerjakan banyak hal.

Coba tanya para orang tua muda yang baru saja memiliki anak.

Semua terkesan kacau karena harus melakukan banyak hal sekaligus, menyesuaikan diri, menyesuaikan jam tidur, menyesuaikan kebiasaan, dan berjuang memberi kebutuhan terbaik untuk anak.

Karena itu dalam konteks tersebut peran ayah dan peran ibu diperlukan secara simultan, saling supportif, untuk memberi peluang terbaik bertumbuhnya diri anak.

Ada masanya kita harus mengerjakan banyak hal.

Tetapi argumenku adalah, jikalau kamu berada dalam situasi yang membingungkan atau terasa sangat lelah dan tidak tahu harus memprioritaskan apapun.

Pilihlah salah satu. Kerjakan itu dulu.

Satu per satu, masukkan antrean. Jangan langsung mengerjakan semuanya.

 

Fokus dan peningkatan problem solving.

Argumenku sederhana. Ketika kita bisa menyelesaikan masalah / pekerjaan satu per satu, berarti kita fokus dalam penyelesaian masalah / pekerjaan tersebut.

Fokus tersebut memastikan bahwa ada proses belajar yang baik.

Proses belajar tersebut akan membuat kualitas problem solving kita meningkat.

Dampaknya, penyelesaian kita terhadap suatu masalah akan semakin cepat dan efisien.

Kita bisa melihat lebih banyak permasalahan, tetapi kita juga bisa melihat banyak solusi.

Proses tersebut akan melatih caraku berpikir dan menghadapi masalah dengan cepat.

Sehingga, jikalau ada orang-orang tertentu yang seakan-akan berprogress lebih cepat daripada orang lain.

Ada dua kemungkinan.

Mereka mengerjakan beberapa masalah sekaligus, sehingga menyelesaikan lebih banyak masalah. Hal ini memberi risiko untuk kesehatan mentalmu ya.

Atau. Mereka mengerjakan masalah satu per satu, mengantre, namun mereka sudah terlatih untuk menyelesaikan masalah dengan cepat.

Dua hal tersebut.

Atau mereka juga bisa membayar orang lain untuk menyelesaikan masalahnya, hahaha.

 

Kesimpulan

Pada intinya, jika kamu merasa hidup sedang tidak ramah. Seakan-akan banyak sekali masalah dan tanggung jawab yang harus diselesaikan.

Solusi dariku adalah, tetapkan sistem mengantre. Selesaikan masalahnya satu per satu.

Take a break to yourselves. Tidak semua harus selesai hari ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat ya!

Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah dan mari berdiskusi!

Semoga kita dalam keadaan baik.

 

Copyright disclaimer

Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun “@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!