Jangan hanya berfokus pada pencapaian besar.



Kemarin aku merasa kurang produktif. Dan aku juga merasa kurang memiliki pencapaian yang bisa kubanggakan.

Hasilnya?

Aku agak kecewa dengan kemarin. Sehingga muncul label bahwa kemarin bukanlah hari yang menyenangkan buatku.

Tetapi setelah kupikir-pikir, hal ini sangat berbahaya.

 

Mengapa berbahaya?

Karena ini mulai menjadi sesuatu yang normal buat sebagian besar orang. Perasaan useless, kurang berguna, kurang produktif, menjadi sesuatu yang muncul beberapa kali semasa kita hidup.

Biasanya, ini didasari oleh pandangan bahwa kita tidak ‘mencapai’ sesuatu hari ini. Hal ini juga diperkuat dengan adanya fakta bahwa kita kurang memanfaatkan waktu yang ada dengan baik.

Misal harusnya kita melakukan sesuatu yang produktif start dari jam 10 pagi, ternyata kita keasikan main sosial media ataupun ketiduran. Jadwal pun jadi kacau.

Lalu kita merasa kurang memanfaatkan waktu dengan baik. Rasa penyesalan inilah yang bisa berkembang menjadi perasaan tidak ‘mencapai’ sesuatu hari ini.  

Hal ini yang dinormalisasi oleh budaya jaman sekarang ini. Dengan berkembangnya sosial media, kita melihat bahwa orang seringkali merayakan pencapaian-pencapaian besar.

Ada yang dibawah 30 tahun sudah masuk dalam list orang sukses “before 30”.

Ada yang juga berhasil mendirikan usaha.

Ada yang baru saja menyelesaikan studi S2 nya.

Sosial media membentuk kita supaya berfokus pada pencapaian besar. Karena setiap orang share-share pencapaian besar. Padahal tentu saja, yang di share hanya pencapaian-pencapaian besar!

Orang yang posting foto waktu dia wisuda s2, tentu menarik perhatian. Padahal kita tidak tahu perjuangan ia menyelesaikan tugas-tugasnya sambil harus bekerja.

Orang yang posting momen berhasil mendirikan usaha, tentu menarik perhatian. Padahal kita tidak tahu perjuangan dia menuntaskan syarat-syarat pendirian usaha yang mungkin berbelit.

Dan lain sebagainya.

Jadi apakah salah kalau kita fokus pada pencapaian besar? Tidak.

Karena itu disinilah aku melakukan reminder. Di media sosial banyak fokus pada pencapaian besar. Tetapi jangan lupa bahwa ada juga pencapaian-pencapaian kecil.

 

Pencapaian kecil > pencapaian besar.

Pencapaian kecil itu seperti apa?

Misalkan kamu adalah orang yang terbiasa bangun jam 8 pagi. Lalu kamu berencana bangun jam 6 pagi. Lalu pada hari ini kamu bangun jam 7:50 pagi.

Bagaimana responsmu?

Jikalau responmu adalah: “Ah, aku seharusnya bisa bangun lebih pagi.” “Ah, alarmku kubanyakin ah!” “Lah kok jam 7:50, tujuanku tidak tercapai.”

Maka kamu adalah orang yang terbentuk dengan mindset pencapaian besar.

Pandangan inilah yang coba kuubah. Kenapa kita tidak bisa berpikir:

“Yey, setidaknya jam bangunku lebih mendekati ke jam 6.”

“Oke, aku sudah buat progress kecil. Yuk besok bisa bangun jam 7:40 lah.”

Pandangan tersebutlah yang kumaksud memiliki fokus terhadap pencapaian sederhana.

Cobalah rayakan pencapaian-pencapaian kecil yang sudah kamu dapatkan.

Kamu makan lebih teratur hari ini. Selamat!

Kamu bangun lebih pagi hari ini. Selamat!

Kamu tidur lebih awal hari ini. Selamat!

Kamu lebih berbakti kepada orang tuamu hari ini. Selamat!

Kamu berhasil berolahraga hari ini. Selamat!

Sah-sah saja merayakan pencapaian yang luar biasa.

Tetapi jangan lupa rayakanlah pencapaian-pencapaian kecil, atau hal-hal yang sederhana.

Karena sedikit ataupun banyak, progress tetaplah progress.

 

Kesimpulan

Jangan hanya berfokus pada pencapaian besar, namun jugalah fokus pada pencapaian kecil.

Maksudnya bagaimana? Jangan terlalu fokus pada tujuan akhirmu saja. Tetapi mulailah fokus pada progressmu terhadap tujuan akhir tersebut.

Selamat berjuang untuk hari ini!

Semoga tulisan ini bermanfaat ya!

Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah dan mari berdiskusi!

Semoga kita dalam keadaan baik.

 

Copyright disclaimer

Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun “@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!