Mencoba hidup nyaman, well-being dan stabilitas finansial.



Jika aku bertanya pada kalian semua,

“Hidup seperti apa yang ingin kalian nikmati?”

Apa jawabanmu?

Mungkin akan ada yang menjawab tentang kaya materi. “Ingin beli HP terbaru, mobil terbaru, dan beli rumah yang besar!” Bisa.

Ada juga yang akan menjawab tentang orang tercinta. “Ingin bersama orang yang terkasih, ataupun membahagiakan orang tua dengan baik.” Boleh.

Ada yang menjawab tentang tahta ataupun pencapaian. “Aku ingin menyelesaikan studi S3 ku, menjadi seorang profesor. Mendapatkan penghargaan tertinggi.” Sah-sah saja.

Mungkin ada juga jawaban-jawaban lain, ada yang ingin berkarya, ada yang ingin melakukan hobi, ataupun ada yang ingin mager seharian.

Tapi dari pertanyaan tersebut, ada satu kata yang menjadi jawabanku.

Nyaman. Aku ingin hidup nyaman.

 

Apa adanya, bukan ada apanya.

Perspektifku tentang hidup, cukup sederhana.

Tidak perlu terlalu banyak uang, karena akan menimbulkan masalah. Punya jumlah uang yang cukup saja sudah membuat nyaman.

Tidak perlu ambisi memiliki tahta yang tinggi, karena akan menimbulkan banyak masalah. Jalani apa yang ada di depan kita saja sudah cukup.

Hidup apa adanya, bukan ada apanya.

Ingin makan apa, bisa. Pas sakit dan ingin berobat, ada uangnya. Ingin kesana kemari, ada saja uangnya.

Ada kebutuhan, ada uangnya.

Perspektifku seperti yang kutulis di atas tadi, apa adanya, bukan ada apanya.

Mengapa aku memiliki mindset seperti itu?

Karena mindset inilah yang membuatku sejahtera secara psikologis, atau dalam istilah kerennya: well-being.

Bukan tidak memiliki ambisi dan menerima takdir sebagaimana adanya, namun hidup yang bersyukur terhadap setiap hal yang sudah diberikan kepada kita.

Rasa bersyukur itulah yang membuatku nyaman, dan menyadari bahwa Tuhan akan memberikan tepat pada waktunya.

Seperti kataku tadi, kalau pas ingin makan apa, ada. Kalau pas ingin apa, bisa.

Rasa sejahtera akan membuat kita nyaman, dan bisa berfokus pada banyak hal lain.

 

Kelola keinginanmu, hindari pemenuhan secara instan.

Tapi inilah yang sulit, yakni mengelola keinginan.

Pas ingin apa, bisa beli. Tapi juga jangan tiba-tiba ingin HP paling mahal, dan menghabiskan tabungan.

Jangan langsung berusaha membeli saat itu juga.

Boleh, ingin HP yang paling mahal. Tapi silahkan diukur, dikelola.

“Kira-kira kapan ya bisa beli?”

Sama halnya dengan rumah, kendaraan pribadi.

Aku suka jam tangan. Aku ingin beli jam tangan yang harganya mahal.

Tetapi aku sadar jam tangan seharga 300 ribu rupiah, dan jam tangan seharga 300 juta menunjukkan waktu yang sama.

Pada intinya, jangan sampai karena kita ingin keinginan kita dipenuhi secara instan, membuat kita melakukan hal-hal yang tidak masuk akal.

Misal meminjam uang untuk hal-hal yang tidak produktif. Hal tersebut akan membuat kita rela mengeluarkan uang untuk aset yang nilainya akan turun.

Pada intinya, kalau keinginanmu tidak bisa dikontrol akan berdampak pada kestabilan finansial.

Kestabilan finansial akan berdampak pada kesejahteraanmu dan hidup yang nyaman.

Karena banyak sekali orang-orang yang memiliki kesalahan finansial di usia 20 an, dan hal tersebut akan berdampak hingga usia lanjut.

 

Kesimpulan

Siapa yang mau hidup dengan tertekan? Saya rasa tidak ada orang yang mau hidup dengan tertekan dan penuh kecemasan.

Karena itulah perspektif yang aku tawarkan, hidup dengan sederhana dan nyaman.

Hidup nyaman dimulai dari mengelola keinginan dan memulai hidup dengan apa adanya, bukan ada apanya.

Semoga tulisan ini bermanfaat ya!

Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah dan mari berdiskusi!

Semoga kita dalam keadaan baik.

 

Copyright disclaimer

Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun “@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!