“Banyak jalan menuju Roma.”
Itu adalah titik perenunganku hari ini. Kenapa? Karena tadi
sehabis aku pulang gereja aku harus jalan ke suatu daerah tertentu.
Aku dari tengah kota Surabaya, dan tempat tersebut berada di
daerah Surabaya Barat. Karena Surabaya luas, untuk menuju ke daerah tersebut
terdapat beberapa opsi jalan.
Ada versi jalan yang langsung, ada versi jalan yang berputar
sedikit. Tetapi pada intinya aku dan mama memilih untuk mencoba salah satu opsi
jalan yang belum pernah kulalui sebelumnya.
Ternyata, lebih singkat. Dan aku pun bisa sampai ke tempat
tujuan lebih awal daripada yang direncanakan.
Dari analogi tersebut, aku pun kembali teringat soal hidup.
Kita memiliki sebuah tujuan.
Hidup, sama seperti kita berada di jalan. Kita pasti ingin
mencapai tujuan tertentu.
Misalnya begini. Kita ingin sukses. Kita ingin kaya. Kita
ingin menyelesaikan pendidikan. Kita ingin memiliki bisnis yang berjalan dan
memberkati banyak orang. Kita ingin menjadi orang yang berguna untuk orang
lain.
Apapun lah tujuannya.
Bayangkan tujuan tersebut sama seperti tujuanmu di peta.
Kita bisa memilih cara menuju tujuan tersebut.
Tetapi yang jelas kita bisa mempertimbangkan jalan ataupun
cara yang akan kita ambil.
Ada jalan yang terdekat, namun berdasarkan pengalaman kita
jalan tersebut macet.
Ada jalan yang memutar, namun jalan tersebut lancar dan
tidak macet.
Ada jalan yang melewati banyak lampu merah. Ada jalan yang
melewati ini dan itu.
Tetapi yang jelas, banyak sekali jalan yang bisa kita pilih.
Hanya saja jika kita bicara dalam peta, kita bisa melihat dengan detail lokasi
dan jaraknya.
Tetapi dalam hidup, kita tidak bisa melihat plus dan minus
menuju suatu tujuan tersebut.
Banyak sekali cara mencapai tujuan, tetapi kita tidak akan
pernah tahu apakah cara tersebut yang terbaik atau tidak.
Banyak cara menuju Roma.
Sebagai contoh. Kalau bicara soal kesuksesan bisnis, setiap
orang memiliki caranya masing-masing.
Ada yang berpendapat bahwa harus kuliah dulu baru bisa
lancar berbisnis.
Ada yang berpendapat bahwa untuk bisa sukses berbisnis tidak
perlu berkuliah.
Ada yang berpendapat harus memulai dari 0.
Ada yang berpendapat menjalankan langsung dari usaha orang
tua.
Tetapi yang jelas, setiap orang punya caranya masing-masing.
Setiap orang punya pendapatnya masing-masing.
Itulah yang kita bicarakan soal cara.
Jika dalam peta kita bisa melihat sendiri dengan detail arah
dan tujuan, serta jaraknya. Namun dalam kehidupan, kita benar-benar tidak akan
pernah tahu apa plus dan minusnya.
Pengalaman yang diberikan orang lain belum tentu relevan
dengan pengalaman kita.
Cara orang lain melakukan sesuatu, belum tentu relevan
dengan cara kita melakukannya.
Sejujurnya, realita yang menyedihkan adalah: Tidak semua
orang benar-benar tulus dan ingin membantumu.
Ada orang-orang yang ingin membantumu, untuk keuntungannya
pribadi. Bisa jadi.
Sehingga jangan percaya dengan semua orang.
Kesimpulan
Ketika kita melihat peta, secara objektif kita bisa melihat
langsung apa tujuan dan arah kita.
Ketika kita berbicara tujuan hidup, jangan sembarang percaya
orang.
Siapa tahu cara yang disarankan orang itu tidak sesuai
dengan konteks cerita hidupmu.
Semoga tulisan ini bermanfaat ya!
Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah dan mari
berdiskusi!
Semoga kita dalam keadaan baik.
Copyright disclaimer
Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas
Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda
sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan
sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun
“@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!