Tiga filosofi matahari.

 

Hari ini aku cukup lama di jalan. Setidaknya untuk pulang pergi, bisa sampai 2,5-3 jam perjalanan.

Perjalananku hari ini menggunakan motor. Aku memakai kaos berwarna cokelat, dengan jaket hitamku yang menutupi badan hingga pergelangan tangan. Aman dan nyaman dari cahaya matahari.

Namun salahnya, aku menggunakan celana pendek dan sandal jepit. Sehingga bagian kakiku dari dengkul ke bawah terpapar sinar matahari selama 2,5-3 jam perjalanan.

Sekarang, aku sedang menulis ini dan berada di rumah. Dan aku merasa kakiku mulai perih-perih.

Lalu aku pun berkomitmen untuk memakai sunblock kalau berjalan lama di luar rumah.

Tapi seperti biasa, seperti tulisan-tulisan sebelumnya. Dari pengalaman tersebut akupun belajar suatu hal yang menarik dari matahari.

Ini adalah tiga filosofi yang kupelajari dari matahari.

 

Pertama, semua yang berlebihan tidak baik.

Aku teringat masa-masa aku kena Covid-19. Dokter menganjurkanku untuk berjemur di bawah matahari.

Singkatnya saat itu matahari jadi obatku. Tetapi sekarang mengapa justru terlalu sering berada di bawah matahari malah membuatku sakit ya?

Ya karena itu jawabannya. Saat Covid-19 lalu, aku berjemur seadanya. Secukupnya. Namun sekarang aku berjemur dengan durasi yang cukup ekstrim.

Darisini aku belajar, bahwa semua yang berlebihan tidak baik.

Secara fisik, tubuh butuh gula. Terlalu banyak gula? Tubuh akan menjadi resisten terhadap insulin, dan terbitlah diabetes.

Tubuh juga butuh vitamin. Terlalu banyak vitamin? Risiko untuk ginjal yang akan menyaring semua kelebihan vitamin. Karena vitamin yang berlebih akan dibuang oleh tubuh.

Itu secara fisik. Begitu pula secara psikologis.

Dopamine baik untuk diri. Terlalu banyak dopamine? Jadi mudah bosan, memunculkan kecenderungan untuk agresi, banyak perasaan hampa.

Ego baik untuk diri. Terlalu banyak ego? Jadi orang yang egois, harga diri yang tinggi, tidak suka ‘disenggol’ dan dikritik.

Itu dia argumenku, semua yang berlebihan itu tidak baik.

 

Kedua, menghindari suatu hal belum tentu baik.

Di era digital ini, siapa yang hampir tidak pernah dapat sinar matahari? Mengaku deh.

Jangan sampai karena ceritaku di atas tadi, kalian malah takut mengambil sinar matahari ya.

Karena bagaimanapun, sinar matahari adalah sumber vitamin D untuk tubuh kita.

Jangan sampai hanya karena kulitku perih gara-gara sinar matahari, aku jadi menghindari sinar matahari secara ekstrim. Kemana-mana pakai baju astronot.

Karena bagaimanapun, ia juga memiliki manfaat. Sumber vitamin D.

Itu juga yang aku pelajari dan renungkan. Walaupun sesuatu hal tidak enak, bukan berarti kita harus selalu menghindarinya.

Misal, kritik. Kritik tidak menyenangkan. Dalam praktiknya, banyak kritik yang berpotensi membuat kita tersinggung.

Tetapi apakah hal-hal yang menyakitkan berarti tidak berguna?

Tidak. Kritik juga suatu metode bagi kita untuk membangun dan membenahi diri sendiri.

 

Tiga, memilah dan memilih.

Di Indonesia, ada istilah yang disebut sinar matahari baik dan sinar matahari jahat. Sinar matahari baik adalah sinar matahari yang ada di jam 07:00-09:00 pagi.

Sementara selebihnya, sinar matahari jahat karena mengandung banyak UV. Karena itu dokter menganjurkan untuk berjemur jam 07:00-09:00 pagi.

Yang ingin kusampaikan sederhana, sebaik-baiknya sinar matahari kita juga harus bisa memilah dan memilih mana yang baik untuk kita.

Serupa, sebaik-baiknya kritik kita juga harus bisa memilah dan memilih.

Sebaik-baiknya pujian, kita juga harus bisa memilah dan memilih.

Sama seperti makanan membentuk tubuh kita, kata-kata orang lain bisa menghancurkan atau membangun kita.

Karena itu kita juga harus berhati-hati.

 

Kesimpulan

Ada keindahan dari semua hal yang kita alami, dan hari ini aku belajar banyak dari matahari.

Apa yang berlebihan tidak baik, apa yang berkekurangan juga tidak baik, dan kita harus bisa memilah dan memilih.

Semoga pada kesempatan selanjutnya aku juga dipertemukan dengan hal-hal menarik dari semesta ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat ya!

Jika ada pertanyaan, silahkan tulis di bawah dan mari berdiskusi!

Semoga kita dalam keadaan baik.

 

Copyright disclaimer

Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun “@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!