Beberapa waktu terakhir ini aku banyak melihat wajah-wajah manusia yang ketakutan.
Ada yang takut kehilangan pekerjaan dan tidak bisa
mendapatkan pekerjaan.
Ada yang mengikuti ujian akhir dan takut tidak bisa menjawab
pertanyaan.
Ada yang takut kehilangan sebuah rumah karena tidak kunjung
dapat kepastian.
Ketakutan-ketakutan ini terjadi dan nyata di sekitarku.
Aku teringat bahwa aku pun takut naik pesawat.
Tetapi jikalau aku menyerah pada rasa takut, aku tidak akan
sampai kepada tujuan.
Aku pun mulai memaknai rasa takut, dan mencoba
menaklukannya.
Takut pada hal yang tidak pasti.
Rasa takut adalah salah satu dari enam emosi dasar manusia
menurut Paul Ekman.
Emosi tersebut tidak dipelajari, tetapi diturunkan secara
perilaku evolusi.
Anak bayi misalnya, ketika melihat ruangan gelap maka ia
akan merespon dengan rasa takut.
Bukan karena hal-hal yang sifatnya metafisika (saja). Tetapi
juga karena ia tidak bisa melihat dengan jelas.
Insting survival anak bayi tersebut memunculkan rasa takut,
supaya ia tidak sembarangan masuk ke tempat yang gelap.
Karena tidak mudah melihat di tempat yang gelap, dan jarak
pandang kita berkurang.
Semakin dewasa tentunya kita semakin terbiasa ada
tempat-tempat gelap yang bisa kita kunjungi, ada yang perlu kita takuti.
Tetapi rasa takut muncul karena hal-hal yang tidak kita
ketahui.
Ada yang takut kehilangan pekerjaan, karena ia tidak bisa
mengetahui apakah dia bisa mendapatkan pekerjaan senyaman itu.
Ada yang takut terhadap ujian akhir, karena ia tidak bisa
mengetahui apa saja pertanyaan yang akan diberikan atau dihadapi.
Ada yang takut kehilangan rumah, karena ia tidak tahu dimana
ia harus tinggal.
Rasa takut muncul karena ketidakpastian.
Apakah rasa takut harus dihilangkan?
Rasa takut itu baik.
Perasaan takut tidak perlu dihilangkan sepenuhnya.
Ada masanya kita harus mengelola rasa takut, sebab rasa
takut akan membuat kita lebih aware dan lebih berhati-hati.
Contoh, kita melihat rasa takut kehilangan pekerjaan. Coba
identifikasi hal-hal apa yang membuatmu takut.
Pertama, kita takut kehilangan pekerjaan karena takut tidak
dapat penghasilan.
Maka rasa takut tersebut bisa kita jadikan dorongan untuk mencari
beberapa aktivitas yang menambah sumber penghasilan lain.
Kedua, kita takut kehilangan pekerjaan karena takut tidak
dapat pekerjaan lain.
Maka rasa takut tersebut bisa kita jadikan dorongan untuk
meningkatkan skill spesifik yang membuat kita memiliki daya saing yang tinggi.
Itu adalah dua contoh pola pikir yang memanfaatkan rasa
takut.
Jadikan rasa takut sebagai doronganmu untuk berbuat lebih.
Kita tidak perlu meniadakan rasa takut.
Kita takut ujian akhir? Bagus, saatnya mempersiapkan diri
lebih baik.
Kita takut kehilangan rumah? Bagus, saatnya mempersiapkan
plan B.
Kita takut akan sebuah penyakit? Bagus, saatnya kita
mengubah pola hidup dan lebih berhati-hati.
Kita takut operasi akan gagal? Bagus, saatnya belajar
percaya terhadap tenaga medis yang menangani, ataupun lebih beriman terhadap
Tuhan (jikalau memang kamu mempercayainya).
Kita takut naik pesawat? Bagus, saatnya belajar percaya
terhadap pilot.
Ada hal-hal yang berada di luar kontrolmu, jangan
khawatirkan itu.
Ada hal-hal yang berada di dalam kontrolmu, yakni responsmu,
maka mulailah mengelola rasa takut tersebut.
Kesimpulan
Rasa takut adalah sesuatu yang manusiawi.
Rasa takut tidak perlu dihilangkan, karena rasa takut adalah
insting manusia untuk bertahan hidup.
Tetapi, rasa takut perlu kita kelola, sebagai sebuah bentuk
pengembangan diri kita.
Tetapi jikalau anda mengalami rasa takut berlebih, jangan
segan-segan mencari bantuan profesional jika memang diperlukan.
Jika ada pertanyaan, silahkan sampaikan dan mari berdiskusi.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan semoga kita dalam keadaan
baik.
Copyright disclaimer
Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas
Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda
sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan
sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun
“@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!