Apakah ada hal-hal yang tidak berani kamu lakukan?
Ada pastinya. Manusia selalu punya list hal-hal yang kita
hindari, karena memang kita tidak berani.
Bisa saja hal tersebut adalah hal-hal besar yang memacu adrenalin
dan penuh risiko.
Misalnya, skydiving, bungee jumping, ataupun lainnya.
Mungkin juga hal-hal yang tidak pernah dilakukan.
Misalnya, naik gunung, snorkelling, dan lain sebagainya.
Tetapi percaya atau nggak, keberanian kita diuji tidak hanya
dari hal-hal besar?
Berani bukan hanya tentang hal besar.
Hal-hal besar yang kusebutkan diatas tadi, adalah contoh
hal-hal yang memang terlihat ‘besar’ dan beresiko.
Sehingga sah-sah saja kalau kita tidak berani.
Tetapi tanpa kita sadari keberanian kita juga diuji pada
hal-hal kecil.
Makan misalnya.
Kita tahu apa itu makanan sehat, dan makanan yang kurang
sehat.
Tetapi apakah kita berani mengambil keputusan untuk memulai
makan-makanan yang sehat?
Tidur misalnya.
Kita tahu kalau tidur malam itu kurang sehat untuk diri
kita.
Tetapi apakah kita berani untuk tidur lebih awal?
Gadget misalnya.
Kita tahu bahwa gadget sangat addicting dan sering
mengganggu keseharian.
Tetapi apakah kita berani membatasi diri memegang gadget?
Seringkali ketika dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan
ini, manusia cenderung tidak mau menjawab.
Memang lebih mudah untuk melanjutkan hidup dengan distraksi
berikutnya.
Tetapi itu yang aku maksud tentang sebuah keberanian.
Berani kah kita memilih yang terbaik untuk diri sendiri?
Berani adalah sebuah pilihan.
Dalam perjalananku menulis, banyak sekali ketakutan yang aku
lawan.
Aku mulai menulis sejak tahun 2010.
Tiga tahun pertama (2010-2013) aku menulis tentang
teman-temanku, aku masukkan dalam blog sekolah.
Aku juga menulis tentang beberapa hal, tetapi aku tidak
berani mempublikasikannya.
Aku takut tulisanku dibaca oleh orang, aku takut apa
pandangan mereka terhadapku.
Lalu masa-masa aku kuliah, tahun 2013-2017, aku mulai masuk
dalam pers mahasiswa.
Aku mulai menulis untuk memberitakan event-event di kampus.
Aku menulis lebih banyak dan aku bereksperimen dengan
beberapa genre.
Aku publish di blog, tetapi setiap kali mulai banyak
pembaca, aku mulai masukkan ke dalam draft.
Aku merasa cemas, aku tidak berani mengeluarkan opiniku
dalam waktu yang lama.
Lalu saat aku mulai bekerja, tahun 2018-2022, aku mencoba
mengekspresikan opini ke dalam bentuk media yang berbeda.
Ada podcast, ada blogspot, ada beberapa media visual, dan
aku mulai rutin publish di media sosial.
Di saat itulah aku pertama kali dikritik oleh beberapa
orang.
Aku pun down, dan langsung menghentikan konten selama 5-6
bulan.
Tetapi kini aku tidak akan berhenti. Aku memilih untuk
berani.
Bukan tentang berani menghadapi orang lain (saja). Tetapi juga
berani menerima fakta jika suatu saat aku memang salah.
Terkadang perasaan takut muncul bukan karena kegiatan
tersebut menakutkan bagi kita.
Tetapi mungkin karena dalam lubuk hati, kita takut salah.
Bagiku, keberanian adalah langkah awal menerima
ketidaksempurnaan diri.
Kesimpulan
Menjadi sosok yang berani adalah suatu pilihan.
Bukan hanya tentang hal-hal besar dan menakutkan, tetapi
juga hal-hal kecil yang tersembunyi dalam lubuk hati kita.
Marilah belajar menjadi sosok yang berani, aku pun juga.
Jikalau ada kesulitan, jangan segan-segan mencari bantuan
profesional jika memang diperlukan.
Jika ada pertanyaan, silahkan sampaikan dan mari berdiskusi.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan semoga kita dalam keadaan
baik.
Copyright disclaimer
Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas
Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda
sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan
sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “samueldim.com” ataupun
“@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!