Setiap orang berhak merasa aman.



Itu adalah kata-kata yang kutanamkan kepada diriku sendiri. Saat aku berpraktik sebagai seorang Psikolog, dan ketika aku belajar sebagai seorang manusia. Setiap orang berhak merasa aman. Walaupun aku juga seringkali belum berhasil di hal tersebut. Namun hal ini bisa menjadi reminder pentingnya memberi keamanan untuk orang lain.

Hal ini kurenungkan karena melihat banyaknya kasus tentang kekerasan yang terjadi di Indonesia (ataupun kasus-kasus yang kutangani). Mulai dari pemilik rental yang dibunuh oleh perampok, 6 siswa SMP yang masuk ke rumah sakit jiwa karena di bully. Sehingga aku percaya bahwa setiap orang berhak merasa aman. Secara fisik, psikologis, ataupun dari aspek-aspek lain.

Menurut Piramida Kebutuhan Abraham Maslow, kebutuhan merasa ‘aman’ berada dalam peringkat kedua setelah kebutuhan fisik. Kebutuhan untuk merasa aman lebih dulu dipenuhi sebelum seseorang ingin ‘dihargai’. Kebutuhan untuk merasa aman bahkan lebih dulu harus dipenuhi sebelum seseorang bisa menjadi dirinya yang sejati (aktualisasi diri).

Jika dalam relasi antara orang tua dan anak terdapat tindakan abusive (misal: orang tua sering memukul anak, atau terus menerus mencaci maki anak) maka anak akan tumbuh dengan minimnya rasa aman. Dampaknya? Ia menjadi sosok yang pencemas, sosok yang tidak bisa percaya diri terhadap kemampuannya, sosok yang mudah ragu-ragu, dst. Mengapa? Karena ia sendiri tidak merasa aman dalam lingkup dirinya.

Jika dalam relasi antara pimpinan dan bawahan juga diwarnai dengan politik kantor yang manipulatif dan penuh dengan kekerasan, maka jangan berharap tim tersebut akan tumbuh menjadi tim yang produktif. Jangan berharap tim tersebut penuh dengan orang-orang yang loyal terhadap perusahaan. Jangan berharap tim tersebut diisi oleh orang-orang yang peduli dengan diri sendiri. Tidak. Tim tersebut akan memiliki dinamika yang unik, sebab setiap orang akan berusaha ‘mengamankan’ dan mencari ‘keamanan’nya sendiri.

 

Marilah meminimalisir kekerasan.

Kekerasan bisa terjadi karena kita tidak bisa mengendalikan emosi sesaat. Ketika kita tidak bisa mengendalikan emosi, maka emosi tersebut akan mengendalikan kita. Dampaknya? Kita bisa melakukan hal-hal yang permanen untuk emosi yang segera berlalu.

Kekerasan (secara fisik, maupun psikologis) dapat membuat seseorang mengalami banyak hal yang kurang menyenangkan dalam dirinya. Kekerasan membuat seseorang tidak bisa melihat dirinya dengan pandangan yang lebih positif. Kekerasan bisa membuat seseorang lupa bahwa dirinya berharga.

Padahal nyatanya, setiap dari kita sangatlah berharga.

Melalui tulisan ini, marilah kita berkomitmen untuk terus memberikan rasa aman dan nyaman.

Karena setiap orang berhak untuk merasa aman. Terlebih lagi mendapatkan rasa aman dari perlakuan orang-orang yang ada di sekitarnya.

 

Jangan lupa mengendalikan emosi.

Merasa marah? Tahan dulu sebentar. Jangan langsung mencubit anakmu, jangan langsung membentak pasanganmu.

Merasa sedih? Tahan dulu sebentar. Jangan langsung melakukan tindakan ekstrim, yang menyakiti hati orang lain hanya karena kita merasa tersakiti.

Merasa kecewa? Tahan dulu sebentar. Jangan langsung marah dan mengungkapkan rasa kecewa kepada orang lain dan melupakan hal-hal baik yang pernah ia lakukan kepada kita.

Jangan sampai hal-hal yang kita rasakan secara sementara, membuat kita memberikan dampak permanen pada orang lain ataupun orang yang kita kasihi.

 

Kesimpulan

Setiap orang berhak merasa bahagia, setiap orang berhak merasa diperhitungkan. Bagaimana caranya? Pastikan mereka aman.

Jadilah tempat bicara yang aman buat orang terdekatmu.

Jadilah tempat bercerita yang aman untuk orang-orang di sekitarmu.

Jadilah tempat yang memberikan keamanan untuk mereka yang berharga.

Karena setiap manusia berhak merasa aman.

Jikalau ada kesulitan, jangan segan-segan mencari bantuan profesional ya!

Jika ada pertanyaan, silahkan sampaikan dan mari berdiskusi.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan semoga kita dalam keadaan baik.

 

Copyright disclaimer

Segala tulisan ini adalah buah pemikiran dari Samuel Dimas Suryono (samueldim). Tulisan ini dapat diproduksi dalam bentuk yang berbeda sesuai ijin dari penulis. Jika anda ingin memproduksi ulang, harap cantumkan sumber yang jelas bahwa anda terinspirasi oleh “@samueldim” ataupun “Samuel Dimas Suryono”. Terima kasih!