Tiga pelajaran dari angka 17.


Beberapa hari ini aku mengikuti kegiatan Self-Help Camp (SHC) tahun 2025 yang diadakan oleh fakultasku. Tempat di mana aku dibesarkan dan dibina. Pada 20-21 Januari 2025, saya diminta menjadi salah satu dari banyak fasilitator yang membina pertumbuhan teman-teman.

SHC kali ini adalah sesuatu yang sangat personal buatku, dan angka 17 lah yang melengkapinya. Angka 17 ini tersematkan kepada 10 orang anak. Dan anak-anak inilah yang menginspirasiku untuk memberi makna pada angka 17. Selama 2 hari kami berproses bersama, hampir 48 jam dihabiskan bersama. Dan inilah, tiga pelajaran yang aku dapat dari angka 17.

 

Pertama, sah-sah aja kalau bingung.

Pada sesi pertama fasilitator, saya membahas keresahan terbesar teman-teman. Bahwa mereka tidak tahu akan jadi apa mereka nanti di masa depan.

Bingung karena merasa bahwa mereka belum memiliki kemampuan yang oke.

Bingung karena merasa topiknya terlalu sulit untuk dipahami.

Bingung karena takut tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan.

Tapi bukankah itu hidup?

Bahkan saat aku mendengarkan cerita teman-teman, aku menyadari bahwa aku juga bingung tentang masa depanku.

Aku pun memiliki keresahan tentang karirku sendiri.

Aku memiliki banyak pertanyaan tentang siapa aku.

Aku memiliki banyak pertanyaan yang tidak kuketahui jawabannya.

Tapi bukankah itu wajar?

Itulah seni menjadi manusia.

Tetap maju sambil berusaha memahami.

 

Kedua, jangan berjuang sendiri.

Dalam permainan dan dinamika kelompok 17 ini, aku melihat betapa kuatnya mereka berusaha memperhatikan satu sama lain.

Bermain pos? Tidak ada yang cedera.

Bermain jelajah malam? Tidak ada yang tertinggal.

Bermain jelajah pagi? Tidak ada yang jatuh sedikitpun.

Itulah kekuatan dari berjuang bersama. Carilah orang yang memiliki keresahan sama denganmu, ceritakanlah, perjuangkanlah. Mereka yang memiliki masalah sama akan saling menguatkan. Saling memahami apa keresahan satu sama lain, dan juga saling memahami apa kekurangan yang dimiliki.

Tiba-tiba, jawabannya ada di pelupuk mata.

Singkat padat dan jelas.

Jangan, berjuang, sendiri.

 

Ketiga, jadilah diri sendiri.

Salah satu berkat (atau kutukan) menjadi seorang Psikolog adalah kemampuan untuk membaca semua gerak-gerik orang. Apa yang mereka lakukan, apa yang mereka katakan, apa yang mereka perbuat.

Seringkali orang-orang memakai topeng. Dan nyatanya banyak orang dalam hidup ini memakai topeng yang berlapis. Lapisan topeng yang tebal tersebut akan membuat kita lelah. Kelelahan inilah yang akan membuat kita menebarkan rasa sakit kemana-mana.

Tapi tidak dengan 17.

Apa adanya, bukan ada apanya.

Singkat, padat, bingung.

Tapi tetap berjalan maju bersama.

Kalau ada yang kurang cocok, disampaikan.

Kalau ada yang kurang sesuai, dikomunikasikan.

Kalau ada yang sudah dilakukan, maka diapresiasi.

Itulah kesederhanaan mereka yang bermakna.

17 tidak harus mengemis 3 supaya menjadi 20.

17 tidak harus membuang 2 supaya jadi 15.

Sebab, 17 adalah 17.

 

Kesimpulan

Itulah 3 pembelajaran bermakna yang aku dapat dari mereka. Simpel. Personal. Bermakna.

Interaksi dengan kelompok 17 membuat bagian kecil dari diriku sembuh dan bermakna.

Karena bukan tentang menjadi apa, tapi tentang bersama siapa.